Kolaborasi antara dunia kampus dan industri sangat penting. Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Elsevier (link terlampir), sebuah penerbit jurnal berskala internasional, membahas tentang pentingnya kolaborasi antara universitas dan industri dalam memajukan riset dan inovasi, serta memberikan contoh beberapa program yang telah dilakukan oleh beberapa universitas dan perusahaan.
Kolaborasi antara universitas dan industri merupakan hal yang krusial dalam memajukan inovasi dan pengembangan teknologi. Beberapa keuntungan dari kolaborasi Kampus dan Industri, seperti meningkatkan kesempatan untuk memperoleh dana riset, akses ke teknologi canggih, serta meningkatkan daya saing industri.
Contoh program kolaborasi antara universitas dan industri yang telah dilakukan di beberapa negara, seperti program kerjasama antara Universitas Stanford dan perusahaan teknologi Silicon Valley, serta program kerjasama antara Universitas Edinburgh dengan perusahaan energi dan teknologi minyak.
Oleh karena itu, kolaborasi antara dunia kampus dan industri di Indonesia perlu ditingkatkan, sehingga kemitraan ini dalam memajukan riset dan inovasi.
Imam Ali bin Abi Thalib r.a. (599-661 M)
"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya"
Imam Syafi'i (767-819 M)
"Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan), tetapi kamu tidak mengikatnya sehingga akhirnya binatang buruan itu pun lepas kembali"
Seorang dokter umum di Rumah Sakit (RS) Umum Massachusetts, Boston, Amerika Serikat memiliki gagasan yang unik. Ia percaya bahwa Ia mampu memperbaiki kebiasaan minum soda staf dan pengunjung RS tanpa mengubah kemauan dan motivasi sedikit pun. Dokter Anne Thorndike dan tim melakukan riset selama 6 bulan di RS tersebut. Mereka mulai dengan penataan minuman di kantin RS, dengan cara meletakkan air mineral di samping minuman bersoda. Selain itu, mereka menambah jumlah air mineral di setiap sisi kantin. Minuman soda masih menjadi yang utama di tiap lemari pendingin, tapi sekarang air mineral tersedia di semua tempat. Hasilnya, selama 3 bulan berikutnya, jumlah penjualan soda di rumah sakit menurun 11,4 %. Sementara itu, penjualan air mineral naik sebesar 25,8 %.
Dari hasil penelitian tersebut, orang sering kali memilih produk bukan karena produk nya, tetapi karena di mana produk itu diletakkan. Kalau kita ke dapur dan melihat es krim, kita akan mengambilnya dan mulai memakannya. Bahkan seandainya kita tidak merencanakannya dan tidak sedang lapar. Begitu pula jika di dapur tersedia buah-buahan yang banyak. Maka sulit untuk tidak mengambil dan memakannya. Kebiasaan Anda bergantung pada ruang tempat Anda berada.
Bagaimana Mengubah Kebiasaan Kita
Kebiasan kita bergantung pada lingkungan tempat kita berada. Misalnya, jika kita ingin mengubah kebiasaan sering mengecek HP. Kita cukup merapikan HP dan menjauhkan dari tempat yang biasa kita letakkkan. Sehingga mudah untuk tidak mengecek notifikasi HP, ketika HP tersebut tersimpan rapi di lemari. Begitu juga ketika kita ingin menciptakan kebiasaan membaca buku / Al Quran. Kita cukup meletakkan sebanyak mungkin buku di rumah. Sehingga sulit bagi kita untuk tidak membaca buku, karena lingkungan kita penuh dengan buku.
Apa yang terjadi jika Anda 1% lebih baik setiap hari selama 1 tahun ?
1% lebih baik setiap hari selama 1 tahun = 1,01^365 = 37,78
Jika hari ini bisa menjadi lebih baik 1% setiap hari, maka Anda akan mendapatkan hasil hampir 37 lebih baik sesudah 1 tahun.
Tidak ada perubahan selama 1 tahun = 1,00^365 = 1
Jika hari ini sama dengan hari kemarin (tidak ada perubahan), maka sesudah 1 tahun tidak ada perubahan apapun.
1% lebih buruk setiap hari selama 1 tahun = 0,99^365 = 0,03
Jika hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin (< 1%), maka sesudah 1 tahun Anda akan menurun hampir menjadi 0.
Salah satu hambatan dalam menulis adalah
menunggu datangnya “good mood” alias menunggu dapat inspirasi untuk menulis.
Padahal, menurut riset yang dilakukan oleh Prof. Boice [1], inspirasi menulis tidak tergantung
dari mood, melainkan dari rutinitas
menulis yang dilakukan. Walaupun riset ini bukan dikhususkan untuk penulisan secara umum, penelitian ini dilakukan kepada 50 akademisi (dosen) pada kasus
penulisan publikasi ilmiah, seperti proposal riset, artikel ilmiah, dan buku. Dari
hasil penelitiannya itu, rata-rata seorang penulis baru mendapatkan mood menulis, sekitar 5 hari. Sedangkan
orang yang rutin menulis setiap hari, mereka akan mendapatkan inspirasi antara
1-2 hari.
Riset yang melibatkan 50 orang akademisi
tersebut, dilakukan dengan membuat 3 variabel yang berbeda, yaitu: (1) penulis
yang menunggu “good modd” datang, baru bisa menulis; (2) penulis yang diberi
target 50 tulisan, tapi menulisnya tergantung mood; (3) penulis yang menulis
rutin setiap hari. Hasilnya bisa dilihat pada Gambar, tentang produktifitas
menulis. Hasil riset menunjukkan bahwa penulis yang menulis rutin, memiliki produktivitas
yang paling tinggi dengan hasil 16 kali lipat dari penulis ke-1 yang harus
menunggu mood terlebih dahulu. Sedangkan
penulis yang diberi target, hasilnya masih lebih rendah dari penulis yang rutin
menulis.
[1] Boice, R. (1990) Professors
as writers: A self help guide to productive writing.
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang rutin walaupun itu sedikit.” (H.R. Muslim)
Bismillah...
Kala libur panjang semester di kampus, dosen tetap harus masuk kampus seperti biasa. Tetapi, karena dosen juga manusia, dosen butuh liburan juga 😀
Setelah direncanakan selama 2 minggu dan dengan penuh perjuangan pula mengajak beberapa dosen untuk ikut liburan, akhirnya diputuskan Hari Sabtu-Minggu (11-12 Agustus) akan liburan ke Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.
Alhamdulillah, rencana berjalan lancar. Kita bisa berkumpul dan liburan bersama keluarga. Saling mengenal satu sama lain, walaupun sering bertemu di kampus, tapi berasa beda kalau perkenalannya di tempat liburan.
Kala libur panjang semester di kampus, dosen tetap harus masuk kampus seperti biasa. Tetapi, karena dosen juga manusia, dosen butuh liburan juga 😀
Setelah direncanakan selama 2 minggu dan dengan penuh perjuangan pula mengajak beberapa dosen untuk ikut liburan, akhirnya diputuskan Hari Sabtu-Minggu (11-12 Agustus) akan liburan ke Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.
Alhamdulillah, rencana berjalan lancar. Kita bisa berkumpul dan liburan bersama keluarga. Saling mengenal satu sama lain, walaupun sering bertemu di kampus, tapi berasa beda kalau perkenalannya di tempat liburan.
Bismillah...
Sudah cukup lama blog ini tidak di update. Memang postingan di blog ini tidak regular dan bahkan tidak relevan satu dengan yang lain 😀
Kali ini, saya ingin membahas tentang inovasi. Di era revolusi digital ini, sebenarnya bagaimana kah perluang produk yang inovatif ?
Sisi pertama. Jika anda dapat menciptakan produk dengan inovasi yang bagus & bermanfaat, maka dengan adanya revolusi digital sekarang, produk anda dapat menjangkau audience dengan lebih cepat dan banyak. Tidak ada lagi batasan dalam mempromosikan dan menjual produk anda. Dari Sabang sampai Merauke. Bahkan seluruh dunia.
Di sisi yang lain. Jika inovasi produk anda biasa-biasa saja atau mirip dengan yang lain, maka anda dalam masalah. Karena dengan adanya revolusi digital saat ini, produk anda dapat dengan mudah dibandingkan dengan produk lain yang sejenis dengan kemampuan yang sama
Sehingga Anda harus jujur menilai produk anda sendiri, apakah itu inovasi atau hanya mencontek yang lain. Kalaupun ide muncul dari diri sendiri, apakah ide tersebut masih orisinal atau tidak, maka dengan mudah dapat dicek di berbagai sumber.
Sehingga Anda harus jujur menilai produk anda sendiri, apakah itu inovasi atau hanya mencontek yang lain. Kalaupun ide muncul dari diri sendiri, apakah ide tersebut masih orisinal atau tidak, maka dengan mudah dapat dicek di berbagai sumber.
Bismillah...
Ini pengalaman pertama kali submit paper dengan banyak sekali reviewer yang menolak mereview. Padahal yang dibutuhkan hanya 2 reviewer. Tapi mungkin karena Jurnalnya terlalu luas scope-nya, sehingga susah cari reviewer-nya. Hasilnya, satu reviewer accept dengan minor review. Sedang reviewer yang kedua not accept dan menganjurkan submit ke Jurnal lain di Publisher yang sama, dengan Jurnal yang lebih cocok dengan bidang tersebut. Tapi agak aneh reviewer yang kedua ini. Dia me-review paper hanya dalam waktu 25 menit selesai. Hasilnya, saya dan Professor minta review ulang sama editornya. :)
Bismillah..
Biasanya untuk meng-upload gambar di sebuah paper, dibutuhkan gambar yang beresolusi minimal 300 dpi (dots per inch). Biasanya saya memakai software inkscape untuk membuat skematik gambar-gambar eksperimen. Di sana sebenarnya sudah ada pilihan untuk membuat gambar dengan resolusi 300 dpi, dengan format *.png. Maslahnya di paper-paper tertentu, seperti JPhysD, NJP dan PoP, mereka meminta format *.tif dengan resolusi 300 dpi.
Nah, cara mengakalinya yaitu dengan software imagej ini. Biasanya sih, saya pakai software imagej hanya untuk menghitung intensitas fluorescent. Tapi ternyata imageJ ini juga bisa untuk mengubah nilai dpi. Berikut step-stepnya:
Mengubah resolusi image menjadi 300 dpi:
1. Open image
2. Analyze --> Set Scale...
3. Isi seperti gambar berikut
Distance in pixels: 300
Known distance:1
Pixel aspect ratio: 1.0
Unit of length: inch
4. Terakhir tinggal disimpan:
Save as --> pilih .Tiff... file --> save di folder yang diinginkan
Untuk mengecek apakah sudah 300 dpi, bisa di klik kanan dan lihat properties --> detail. Di sana akan berubah menjadi 300 dpi.
sumber: klik di sini
Biasanya untuk meng-upload gambar di sebuah paper, dibutuhkan gambar yang beresolusi minimal 300 dpi (dots per inch). Biasanya saya memakai software inkscape untuk membuat skematik gambar-gambar eksperimen. Di sana sebenarnya sudah ada pilihan untuk membuat gambar dengan resolusi 300 dpi, dengan format *.png. Maslahnya di paper-paper tertentu, seperti JPhysD, NJP dan PoP, mereka meminta format *.tif dengan resolusi 300 dpi.
Nah, cara mengakalinya yaitu dengan software imagej ini. Biasanya sih, saya pakai software imagej hanya untuk menghitung intensitas fluorescent. Tapi ternyata imageJ ini juga bisa untuk mengubah nilai dpi. Berikut step-stepnya:
Mengubah resolusi image menjadi 300 dpi:
1. Open image
2. Analyze --> Set Scale...
3. Isi seperti gambar berikut
Distance in pixels: 300
Known distance:1
Pixel aspect ratio: 1.0
Unit of length: inch
4. Terakhir tinggal disimpan:
Save as --> pilih .Tiff... file --> save di folder yang diinginkan
Untuk mengecek apakah sudah 300 dpi, bisa di klik kanan dan lihat properties --> detail. Di sana akan berubah menjadi 300 dpi.
sumber: klik di sini
Semoga bermanfaat,
Hamamatsu, 2016.03.14
Bismillah...
Berkah adalah sedikitnya mencukupkan dan banyaknya tidak membawa musibah. Sehingga kalau waktu kita berkah, maka waktu kita yang sedikit akan terasa cukup untuk menyelesaikan banyak hal. Sedangkan, waktu yang luang tidak menjadi sia-sia karena banyaknya malah membuat alfa.
Di dalam agama yang sempurna, agama Islam, kita telah diberi petunjuk waktu-waktu mana yang diberkahi. Waktu-waktu yang kalau kita mengerjakan sesuatu akan menjadi lebih produktif dari waktu-waktu yang lainnya.
Waktu Pagi Adalah Waktu yang Penuh Berkah
Waktu pagi telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu yang penuh berkah.
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Sesuatu yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu yang berkah dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik uswah (suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi tersebut adalah waktu ketika kita sedang bersemangat (fit) untuk beraktivitas.
Skakhr al Ghamidi, “Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengirim pasukan perang adalah mengirim mereka di waktu pagi”. Shakhr al Ghamidi sendiri adalah seorang pedagang. Kebiasaan beliau jika mengirim ekspedisi dagang adalah memberangkatkannya di waktu pagi. Akhirnya beliau pun menjadi kaya dan mendapatkan harta yang banyak.
Contoh paling anyar dari orang yang berhasil memanfaatkan waktu paginya adalah dari peraih Nobel tahun 2015 di bidang Psikologi dan Kedokteran, Prof. Satoshi Omura. Ternyata beliau biasa memulai kerjanya di pagi hari mulai pukul 6 pagi, untuk menulis dan membaca jurnal ilmiah. Dari kebiasaannya itulah beliau akhirnya bisa menghasilkan penemuan-penemuan hebat di bidangnya.
Tidak Tidur Setelah Subuh
Tidur setelah subuh adalah penyebab banyak orang tidak melakukan aktifitas yang bermanfaatnya di waktu pagi. Salah satu cara agar tidak mengantuk atau tertidur setelah shalat subuh adalah dengan tidur malam di awal waktu atau tidur setelah shalat isya. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk tidur siang (Qoilulah), untuk sekejap mengistirahatkan tubuh kita yang sudah beraktifitas di pagi hari.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya’ dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Referensi:
Rumaysho.com, "Keberkahan di Waktu Pagi", 12 Agustus 2012.
http://www.kitasato.ac.jp/english/people/SatoshiOmura.html
Berkah adalah sedikitnya mencukupkan dan banyaknya tidak membawa musibah. Sehingga kalau waktu kita berkah, maka waktu kita yang sedikit akan terasa cukup untuk menyelesaikan banyak hal. Sedangkan, waktu yang luang tidak menjadi sia-sia karena banyaknya malah membuat alfa.
Di dalam agama yang sempurna, agama Islam, kita telah diberi petunjuk waktu-waktu mana yang diberkahi. Waktu-waktu yang kalau kita mengerjakan sesuatu akan menjadi lebih produktif dari waktu-waktu yang lainnya.
Waktu Pagi Adalah Waktu yang Penuh Berkah
Waktu pagi telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu yang penuh berkah.
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Sesuatu yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu yang berkah dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik uswah (suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi tersebut adalah waktu ketika kita sedang bersemangat (fit) untuk beraktivitas.
Skakhr al Ghamidi, “Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengirim pasukan perang adalah mengirim mereka di waktu pagi”. Shakhr al Ghamidi sendiri adalah seorang pedagang. Kebiasaan beliau jika mengirim ekspedisi dagang adalah memberangkatkannya di waktu pagi. Akhirnya beliau pun menjadi kaya dan mendapatkan harta yang banyak.
Contoh paling anyar dari orang yang berhasil memanfaatkan waktu paginya adalah dari peraih Nobel tahun 2015 di bidang Psikologi dan Kedokteran, Prof. Satoshi Omura. Ternyata beliau biasa memulai kerjanya di pagi hari mulai pukul 6 pagi, untuk menulis dan membaca jurnal ilmiah. Dari kebiasaannya itulah beliau akhirnya bisa menghasilkan penemuan-penemuan hebat di bidangnya.
Tidak Tidur Setelah Subuh
Tidur setelah subuh adalah penyebab banyak orang tidak melakukan aktifitas yang bermanfaatnya di waktu pagi. Salah satu cara agar tidak mengantuk atau tertidur setelah shalat subuh adalah dengan tidur malam di awal waktu atau tidur setelah shalat isya. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk tidur siang (Qoilulah), untuk sekejap mengistirahatkan tubuh kita yang sudah beraktifitas di pagi hari.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya’ dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Referensi:
Rumaysho.com, "Keberkahan di Waktu Pagi", 12 Agustus 2012.
http://www.kitasato.ac.jp/english/people/SatoshiOmura.html