(Bukan) Cerita Jodoh: Disuruh Melamar

, , 4 comments

Bismillah..

Cerita kali ini tentang dua orang pemuda, sebut saja dua pemuda ini si B dan si Y. Mereka ini baru saja pulang dari kuliahnya di negera produsen chip terbesar sedunia. Mereka pulang berdua bersama-sama, naik pesawat yang sama, dan menuju tujuan yang sama. Namun dengan cerita tentang ‘disuruh melamar’-nya yang agak berbeda dari keduanya di hari yang sama.

Karena mereka mengambil dual-degree program* maka mereka harus pulang ke negara asalnya untuk melakukan penyetaraan nilai dan hal lain yang diperlukan agar bisa lulus dan mendapat dua gelar sekaligus. Cerita berbeda pun dialami oleh keduanya. Di hari jumat itu, si B, setelah pulang ke negara asalnya, dia harus melalui sidang kecil nan singkat (sekitar 15 menit, tanpa pertanyaan macam-macam) karena bertepatan dengan solat jumat dan materinya pun cukup njelimet* bagi para pengujinya. Karena dianggap sudah layak mendapat gelar M.T., maka setelah sidang ini si B disuruh melamar. Melamar apa?. Melamar untuk jadi dosen maksudnya. Tapi lamaran ini tidak langsung diterima oleh si B. Dia bilang, “Saya pikir-pikir dulu Bu..”. Jawaban yang membuat pemberi lamaran malah semakin penasaran.

Memang tidak mudah bagi si B untuk kerja dan menetap di universitas itu. Karena hatinya, (katanya) sudah jatuh cinta dengan kota lain di tengah pulau Jawa, yang lebih bersahaja dengan daerah istimewanya dan keratonnya. Alasan lainnya, karena dia merasa sendirian dan tidak punya teman di kota universitas itu berada. Sampai-sampai dibuat analogi. Kalau Ir. Soekarno bilang, “Berikan aku sepuluh orang pemuda yang cinta tanah air, maka kami akan menggoncangkan dunia..”. Kalau si B bilang,”Berikan aku seorang pemudi, maka akan ku goncangkan dunia..”.  :) 

Lain cerita dengan si B, dihari yang sama pula, si Y ini sudah jauh-jauh hari diminta lulus cepat-cepat agar bisa cepat melamar jadi dosen. Tapi karena masih menikmati kuliah, riset, beasiswa, dll di negeri chip itu, maka usia studinya agak molor dari jadwal seharusnya. Dan ketika sampai di negeri asalnya itu, langsung dicecar berbagai pertanyaan oleh seorang Prof yang cukup disegani disana. Pertanyaan-pertanyaan yang serupa tapi tak sama dengan yang dialami si B akan tetapi lebih ke arah melamar beasiswa PhD lagi. Seperti “Gimana kuliah disana, apakah kamu mau lanjut PhD disana?”. Sampai ke pertanyaan, “Bagaimana kalau PhD kamu double degree lagi, kita sudah ada kerja sama dengan universitas di negeri sakura. Jadi nanti kamu 1.5 tahun disini dan 1.5-3 tahun riset disana.”. Si Y pun tetap bingung dengan berbagai pilihan itu. Pilihan yang tidak mudah dan harus dipertimbangkan matang-matang, walaupun kelihatannya pilihan-pilihan itu baik semua. 



Kalau dilihat dari dua cerita pemuda tersebut. Mereka sebenarnya sudah punya rencana masing-masing.  Namun manusia memang hanya bisa berencana dan Allah SWT lah yang memiliki rencana yang terbaik.

Para pakar manajemen modern selalu mengatakan bahwa, kita memang percaya dengan ”perencanaan”, namun kita lebih yakin dengan ”ketidakpastian” . Semoga cerita tersebut akan mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan bahwa, memang sebuah cita-cita itu harus dimimpikan dan direncanakan untuk menggapainya. Kita punya banyak cita-cita di tahun ini, namun yang pasti harus kita lakukan adalah mendatangkan semua faktor-faktor kesuksesan cita-cita tersebut dalam ikhtiar kita, nanti biar Allah SWT yang menentukan bahwa kita memang layak untuk ditolong dan memang layak untuk diberi cita-cita itu.

Semoga bermanfaat,

Jakarta, 22.01.2012
Tomy Abuzairi


Ket: 

* dual-degree program = program untuk mendapatkan dua gelar, dimana setengah masa studi dilakukan di universitas pertama dan sisanya dilakukan di universitas yang kedua.

*njelimet = susah bukan main.

4 comments:

  1. Kayaknya diriku tau tuh si "B" dan si "Y" itu siapa... wakakaka,
    Nice curhat... Bung :)

    Pepatah mengatakan "Untuk sukses semuanya harus ada perencanaan, karena tanpa perencanaan. Sama saja dengan merencanakan kegagalan."

    ReplyDelete
  2. Iya om Hadi..
    Perencaan -> Ikhtiar -> Tawakal.

    ReplyDelete
  3. wah wah wah apa pula ini...

    ReplyDelete
  4. He3x.. Sorry Bud, “Kalo ada kesamaan cerita, itu semua bukan rekayasa semata-mata, alias asli, karakter dan namanya doang yg boongan”..
    Peace..

    ReplyDelete