بسم الله الرحمن الرحيم

Cara penulisan Hamzah
( أ ؤ ئ )
Berikut penjelasannya:
A. أ
Apabila berada di awal kalimat dan berharakat Fathah/Dhamah
Cth. أَنت dan أُستاذ

B. إ
Apabila berada di awal kalimat dan berharakat kasrah
Cth. إسلام

C. ؤ 
Apabila berada di tengah kalimat dengan keadaan berikut:
- berharakat Dhamah 
Cth. ٌرَؤُوْف dan مُبْتَدِؤُوْنَ
- berharakat Dhamah dan huruf sebelumnya berharakat sukun selain huruf waw dan yaa
Cth. تفاؤل, سماؤه

D. ئ
Apabila berada di tengah atau di akhir kalimat dengan ciri-ciri sbb:
- Berharakat kasrah
Cth. سُئِلَ, سَئِمَ, مُبْتَدِئِيْنَ
- apabila didahului oleh Alif Mad
Cth. نائِمٌ dan رَسَائِلُ
- apabila didahului oleh huruf yaa sukuun
Cth. شَيْئٌ

Demikian sebagian kaidah penulisan hamzatul qath'i..
Semoga bermanfaat

Sumber: Belajar Bhs Arab KomunitasBelajar.com


Di antara adab menuntut ilmu yang diajarkan para ulama dan ditulis dalam buku2 adab penuntut ilmu sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah
 التّدَرُّجُ في الطَّلَبِ bertahap dalam belajar. 

Dan itulah tafsiran firman Allah dalam surah Ali Imran
وَلٰكِنْ كُوْنُوا رَبَّانِيِّيْنَ
"Jadilah kalian orang-orang Rabani"

Sebagaimana yang disebutkan Ibnu Abas رضي الله عنه

Makna ربانيين
Orang-orang yang mengajari manusia dasar-dasar ilmu sebelum penjabaran dan pendalamannya..

Ibarat seseorang yang ingin membangun rumah, tidak mungkin ia langsung meletakkan konstruksi plavon dan atapnya sementara fondasi dan dindingnya belum ia siapkan..

يا أيها الذين آمنوا اصبروا وصابروا ورابطوا...

Tetap istiqamah..

Sumber: Grup WA komunitasbelajar.com
بسم الله الرحمن الرحيم

Berikut adalah beberapa tips dalam mempelajari bahasa Arab:

1. Ikhlas karena Allah
Imam Ahmad bin Hanbal (semoga Allah merahmatinya) mengatakan "Tidak ada satupun yang bisa menandingi kemuliaan ilmu bagi orang yang benar niatnya" sahabat-sahabatnya bertanya "Seperti apakah niat yang benar itu wahai Imam?" "Tatkala seseorang berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya (secara khusus) dan dari kaum muslimin (secara umum)"  

Dahulu pada zaman Imam Malik bin Anas (semoga Allah merahmatinya) tatkala para ulama menulis suatu kitab  tentang hadits mereka menamakannya dengan المُوَطّأُ yang artinya "Pijakan/landasan". Tatkala beliau menulis kitab tentang hadits, beliau juga menamakannya dengan nama الموطأ.. sahabat-sahabatnya bertanya kepadanya "apa manfaatnya engkau menulis kitab dengan memberinya judul demikian, sementara orang-orang juga memberinya judul demikian?" Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang seyogyanya ditulis dengan tinta emas di atas hamparan lembaran mutiara hang dihaluskan "Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah pasti akan tetap ada" (diriwayatkan oleh Imam Suyuti dalam Tadrib Rawi)..  

Saudaraku tatkala seseorang melaksanakan shalat, pertama kali yang ia niatkan adalah untuk menggugurkan kewajibannya kepada Allah..  

Demikian halnya tatkala kita mempelajari agama adalah agar kewajiban yang dibebankan di pundak-pundak kita semua bisa gugur , karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Menuntut ilmu adalah perkara yang wajib bagi setiap muslim" (HR. Muslim)  
Kita tidak pernah dituntut untuk menjadi seperti ulama.. akan tetapi kita dituntut untuk tidak meyakini, mengucapkan atau melakukan sesuatu kecuali dilandasi oleh ilmu. padahal manusia adalah makhluk yang pasti meyakini, mengucapkan, dan melakukan.
Ingatlah untaian kata ini tatkàla perasaan pesimis menghampiri
Bersambung.. harap tidak comment dulu..

2. Berdoa memohon kepada Allah Subhaanahu Wataala agar diberi kemudahan dalam memahami dan menghafal pelajaran yang telah diberikan.

Dengarlah kabar gembira dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berikut.. 

Disebutkan Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya At-Tamhid syarah Muwatha' dengan sanadnya yang sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda dari Abu Said Al-Khudri "Tidaklah seorang muslim berdoa memohon kepada Allah (bukan perkara dosa dan yang memutus tali silaturahmi), niscaya Allah akan memberinya salah satu dari 3 hal; Allah mengabulkan doanya, menghindarkannya dari keburukan semisalnya yang akan menimpanya, atau menyimpankan untuknya di hari kiamat kelak.." sudahkah kita berdoa kepada-Nya agar memudahkan kita dalam menghafal/memahami materi2 yg diberikan??

3. Menjalani sebab-sebab yang bisa membantu dalam memahami dan menghafal pelajaran..

Diriwayatkan dalam kitab Siyar A'lam Nubala karya Imam Dzahabi, dahulu Imam Muhamad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri tatkala selesai mendengarkan hadits ia kembali ke rumah dan membangunkan budak perempuannya seraya berkata "Dengarkan!" 

Tatkala ia selesai sang budak pun berkata "Sungguh tidak ada satu pun ucapanmu yang aku mengerti".. "Aku tidak perduli engkau paham atau tidak, aku hanya ingin mengulangi hafalan hadits yang telah aku dapatkan hari ini agar aku menghafalnya.."

Dan disebutkan dari ulama salaf lainnya bahwasanya ia terus mengulang-ulangi sebuah hadits yang baru saja didapatkannya hingga seorang wanita tua yang ada di dekatnya berkata "Ada apa dengannmu? Engkau terus mengulang-ulangi hadits ini hingga aku pun telah menghafalnya" kemudian ia pun memperdengarkan hafalannya ke imam tersebut..

Beberapa tahun berlalu, sang imam kembali bertemu dengan wanita tua tersebut seraya mengatakan "Perdengarkan kepadaku hadits yang dahulu telah engkau hafal karena terus menerus mendengarku mengulang-ulanginya!"

Sang wanita tua itu menjawab "Aku telah melupakannya" Sang imam mengatakan "Karena itulah aku terus menerus mengulang-ulanginya agar aku tidak melupakannya".. sudahkah kita mengulang-ulangi materi yang telah kita dapatkan??

4. Mengaplikasikan apa yang telah dipahami dan dihafal pada kehidupan sehari-hari..

Saudaraku mungkin kita tidak mampu untuk menjadi seperti Imam Az-Zuhri, atau menyerupai salaf (para sahabat dan ulama terdahulu) yang mampu mengerahkan semua waktu untuk belajar, mengulang-ulangi pelajaran untuk menghafal..
Namun Janganlah keterbatasan itu menghalangi kita untuk menjadi lebih baik. 

Para ulama telah menyebutkan sebuah kaidah yang indah, hendaknya kita cermati dan pahami
 مَا لاَ يدْرَكُ كُلُّهُ لاَ يُتْرَكُ جُلُّهُ

Sesuatu yang tidak bisa diraih secara keseluruhan, hendaknya sebahagiannya tidak ditinggalkan.

Bukankah Allah telah memberi kemudahan kepada kita di zaman ini dengan banyak media dan fasilitas???

Lihatlah rutinitas kita sehari-hari...
Tatkala bangun di waktu subuh, benda yang pertama kali dilihat adalah HP.. tatkala seseorang menghidupkan HP, hal pertama kali yang dilihatnya adalah wallpaper... kenapa kita tidak mengganti wallpaper itu dengan gambar materi yang ingin dihafal/dipahami???
  
Setelah membuka wallpaper hal berikutnya yang disetting adalah fotoprofile.. kenapa kita tidak mengganti fotoprofile itu dengan gambar materi yang ingin dihafal/dipahami..??
  
Tatkala mendapat pesan dari teman melalui WA/BBM tak lupa kita melirik status yang ditulisnya.. kenapa kita tidak saling tolong menolong sesama untuk saling mengingatkan dengan mengganti status itu dengan materi yang ingin dihafal/dipahami..??
  
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang saling tolong menolong di atas kebaikan dan ketakwaan..


Semoga bermanfaat

وَالله أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ


Ditulis oleh hamba yang mengharap pengampunan Rabbnya

Mohamad Nursamsul Qamar
Jakarta, 7 Jumadil Ula 1435 H
بسم الله الرحمن الرحيم

Kata orang, nahwu itu inti yang dipelajari cuma 1 saja, kalam.

Kalam : lafad yg disusun yg memberi faedah
Lafad : fiil, isim, huruf

Agar memberi faedah lafad-lafad tersebut disusun menurut kedudukannya / pangkatnya / jabatannya dalam kalam.

Karena posisi jabatannya banyak, ada hal yg mendasar yg harus diketahui, yang ini nanti juga menjadi identitas jabatan. Yakni i'rob (perubahan harokat akhir kata) dan juga tanda-tanda i'rob.
I'rob dan tanda-tandanya harus hafal luar kepala.

I'rob ada 4 :
1. Rofa'
2. Nashob
3. Khofd/ jar (bilakalian min fii 'ala)
4. Jazm

Tanda i'rob rofa ada 4 :
1. Dhommah
Yg pakai tanda ini : isim mufrod, jamak taksir, jamak muannats salim dan fiil mudhori yg tidak bersambung dgn saiun (selain af'aalul khomsah)

2. Wawu
Yg pakai : jamak mudzakar salim dan asmaul khomsah

3. Alif
Yg pakai : isim mutsanna saja

4. Nun
Yg pakai : af'aalul khomsah (fiil mudhori dhomir huma hum antuma antum dan antunna)


Sumber: Grup WA BISA (programbisa.com)
Credit to: Akh Ahmad Zamzuli