Bismillah..

Dalam acara buka puasa 18 Ramadhan 1436 H yang bertepatan dengan 5 Juli 2015, di Hamamatsu, Ustadz Firdaus Sanusi menyampaikan tema tentang pentingnya umat Islam kembali kepada Al Quran dan Hadits, dan juga bagaimana seharusnya kita mencintai Al Quran.

Yang menarik yaitu ketika sesi tanya jawab, ada seorang ibu yang bertanya:

"Ustadz, bagaimana caranya membuat anak-anak di negeri yang mayoritas non-muslim, dapat mencintai Al Quran?"
"Sedangkan kita tahu, pelajaran agama Islam pun tidak diajarkan di sekolah-sekalah mereka di Jepang" Lanjut Ibu tersebut menjelaskan masalah yang dihadapi mayoritas ibu-ibu di Jepang

Ustadz Firdaus menjawab, bahwa untuk mencintai Al Quran, anak harus didekatkan sedekat mungkin dengan Al Quran. Misalnya, setiap hari di rumah diputar murotal. Walaupun anak tersebut lari-lari atau tidak fokus, tetapi sebenarnya indera pendengarannya merekam setiap apa yang didengarkannya.

Lalu beliau ingat ada sebuah metode yang bisa mempermudah mendekatkan anak di era digital dengan Al Quran Nur Karim. Metode tersebut bernama HATAM, Hafal TAnpa Menghafal. Metodanya yaitu dengan memutar video apa saja yang anak suka, kemudian audionya digantikan dengan bacaan murotal Al Quran. Misalnya, ketika anak anda suka dengan film Doraemon. Maka putar film Doraemon tanpa suara, kemudian secara bersamaan anda juga memutar murotal Al Quran. Ternyata dengan metode ini, lanjut beliau, seorang anak terbukti dapat menghafal secara otomatis tanpa diminta menghafal.

***
Ketika pulang dari acara buka puasa tersebut, saya dan istri langsung kepikiran untuk mempraktekkannya ke anak kami, Dzaky, yang berusia 2 tahun. Selama diperjalan pulang, saya browsing di internet tentang metode HATAM dan ketemulah saya dengan website http://www.metodehatam.com/. Di sana dijual juga buku metode HATAM. Karena sudah tidak sabar ingin menerapkan pada anak kami, teruslah saya pelajari apasih intinya metode ini. Ternyata intinya ada 3 poin, yaitu: Ulangi, Multimedia, dan Irama atau biasa disingkat U.M.I. Dengan mengetahui 3 poin tsb, saya coba terapkan nanti setelah pulang di rumah menggunakan youtube.

Setelah sampai di rumah, kami tidak langsung tidur. Ternyata Dzaky masih lapar. Kami ujicobalah metode tersebut dengan sedikit modifikasi. Caranya dengan membuka situs youtube di 2 Tab yang berbeda. Satu diputar video Bob The Train dan dibuat mute. Sedangkan satu lagi, diputar video murotal Juz Amma Muhammad Taha Al Junayd, Qori anak berwarganegaraan Bahrain.

Dzaky sendiri sangat suka dengan video kereta. Kalau mau makan, biasanya dia akan meminta diputarkan video kereta.

"Umi, ceka-ceka..., ceka-ceka..., ngeng... ngeng..." gumamnya untuk minta diputarkan film kartun kereta, Bob the Train di youtube dengan nada yang manja

Siapa yang bisa menolak permintaan anak yang lucu, yang meminta diputarkan video kesukaannya. Tetapi di lain sisi, sebagai orang tua, kami juga ingin anak kami tidak kecanduan menonton film kartun barat, yang secara tidak sadar juga menghafalkan isi dari percakapan video tersebut. Yang kami inginkan anak kami tumbuh besar dengan Al Quran. Makannya, setelah mendengarkan ada metode ini, kami langsung tertarik ingin mencobanya.

Video utama di-mute
Video murotal diputar bersamaan
Dibuka 2 Tab bersamaan

Dan hasilnya adalah... Dzaky dengan tenang menonton video Bob The Train yang di-mute suaranya (karena digantikan suara murotal), sambil makan roti dengan lahap. Untuk kedepannya, saya mencoba memodifikasi film-film kartun kesukaan Dzaky, yang pastinya harus ada gambar keretanya, dengan mengganti audionya dengan murotal Muhammad Taha. Sehingga bisa disetel di HP dan tidak harus selalu menonton dari youtube.

Semoga bermanfaat,
Hamamatsu, 19 Ramadhan 1436 H

Update: link youtube hasil mixing di sini

Bismillah..
“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” [H.R. Tirmidzi]
Sebenarnya cukup dengan satu hal yaitu, meninggalkan hal yang tidak bermanfaat, maka itu sudah sangat cukup untuk mengatur waktu. Untuk mengetahui apakah waktu yang kita punya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, maka sebaiknya waktu yang telah kita habiskan harus dievaluasi. Misalnya, ketika selesai menunaikan sholat Dzuhur, kita bisa mengevaluasi waktu-waktu yang kita gunakan dari bangun tidur sampai sholat Dzuhur. Apakah sudah digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Selain itu, cara mengevaluasi lainnya yaitu menggunakan kertas kosong disebelah kita. Tuliskan hal-hal apa saja yang kita kerjakan, baik itu yang bermanfaat (membaca article, menulis, dsb) maupun yang tidak bermanfaat (nonton cuplikan bola, dsb). Nanti dari sana kita akan tahu mana waktu-waktu yang tidak bermanfaat yang telah kita sia-sia kan. Pengalaman yang penulis alami setelah mengevaluasi waktu, ternyata banyak waktu yang kurang bermanfaat yang dihabiskan untuk main facebook. Sehingga dari hasil evaluasi ini, diputuskan untuk men-deaktivasi akun facebook.
"Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain". (Al Insyirah: 7)
Dengan menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, bukan berarti kita tidak boleh melakukan refresing atas kejenuhan pekerjaan kita. Refresing sebenarnya bisa dilakukan dengan mengganti pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain. Seperti dijelaskan di Surat Al Insyirah ayat 7. Jika telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Misalnya, jika kita jenuh membaca artikel riset, kita bisa mengganti pekerjaan membaca dengan pekerjaan yang lebih ringan seperti merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja kerja atau dengan pekerjaan lainnya yang tidak memerlukan konsentrasi tinggi.
Trik lain untuk meninggalkan hal yang kurang bermanfaat yaitu dengan membuat to-do-list. Dengan membuat to-do-list, kita akan menyadari bahwa waktu yang kita punya, tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus kita lakukan. Sebagai penutup, penulis mengutip pepatah Arab.
"Waktu itu bagaikan pedang, kalau engkau tidak potong waktu itu, maka waktu tersebut yang akan memotong kalian" 
Maksudnya adalah jika jiwamu tidak disibukkan dengan kebaikan, maka dia akan menyibukkanmu keburukan atau minimal sesuatu yang tidak bermanfaat.

Semoga bermanfaat,
Hamamatsu, 15 Ramadhan 1436 H
Sumber gambar dari sini
Bismillah..

Menjadi mahasiswa S3/PhD di Jepang bisa dibilang sangat beruntung. Bagaimana tidak, dalam setahun rata-rata bisa melakukan conference lebih dari 2 kali. Dibandingkan dengan teman-teman yang kuliah di Europe, setau saya, mereka pergi conference tidak terlalu sering.
Tentunya, selain untuk kegiatan akademik, yaitu mempublikasikan hasil riset. Conference juga bisa menjadi sarana jalan-jalan gratis bagi mahasiswa :) Kenapa disebut gratis? Karena semua biaya, dari transportasi hingga akomodasi, akan ditanggung oleh Lab. Dari conference ini, saya bisa menjelajah Jepang mulai dari Utara Jepang, Hokaido sampai Selatan Jepang, Kyoto.
Dari sudut pandang Proffesor. Conference dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi riset yang telah dilakukan, dengan mendengar masukan-masukan yang ada. Seperti contohnya di conference terakhir yang saya ikuti, yaitu Photopolimer conference. Disana, ada seorang pakar iCCD high-speed camera yang menyarankan untuk melakukan pengambilan gambar dengan time-integrated.
Selain itu, kadang di sebuah conference juga dijadikan sarana untuk membuat target research yang baru. Strateginya yaitu memanfaatkan jadwal waktu presentasi conference dengan waktu submit abstract yang memiliki perbedaan cukup lama, sekitar 3-5 bulan. Biasanya untuk kasus yang seperti ini, umumnya judul presentasi conference dibuat yang agak lebar scope nya. Tetapi didalam detail abstract akan dicantumkan future work, yang biasanya belum didapatkan result nya ketika submit abstract/extended abstract sebuah conference. Dengan asumsi, preliminary risetnya sudah yakin betul. Jadi masih ada waktu sekitar 3 bulan untuk mengejar target riset yang dicantumkan di dalam abstract conference tersebut. Conference seperti ini yang membuat deg-degan mahasiswa :)

Data Statistik Conference
Alhamdulillah.. Tidak terasa sudah hampir 2 tahun melakukan riset sebagai mahasiswa PhD di Jepang. Ternyata setelah direkap, telah banyak conference yang telah diikuti, baik domestik maupun inernasional. Kalau dibuatkan data statistiknya, maka hasilnya terlihat seperti berikut.
Statistik total conference
Simple-nya Conference di Jepang
Karena mungkin terlalu seringnya conference dilakukan oleh orang Jepang, maka mereka tidak terlalu mementingkan hal-hal yang kecil, seperti name tag dan tas conference. Saking simple-nya, name tag ada yang ditulis tangan sendiri. Namun tidak semua conference, name tag-nya ditulis tangan sendiri. Dari segi biaya, conferencenya pun tidak terlalu mahal untuk mahasiswa, yaitu 25000 yen atau 240 usd.

Name tag paling simple
Tas conference
Biaya conference
Tiket Diskon Kereta Shinkansen
Mungkin karena tipikal periset di Jepang yang gemar conference. Di kampus telah disediakan 20 tiket diskon untuk naik kereta Shinkansen. Diskonnya kalau tidak salah hitung sekitar 15%.
Dengan kereta Shinkansen ini, perjalan jauh jadi lebih cepat dan effisien. Misalnya, perjalan Hamamatsu-Tokyo. Dengan Bus, bisa memakan waktu 5 jam lebih. Dengan kereta Shinkansen, hanya butuh waktu separuhnya, 2,5 jam. Jika dibandingkan dengan naik pesawat, mungkin pesawat bisa lebih cepat. Tspi pesawat kurang effisien, karena kita harus ke bandara dulu, mengantri, dsb.

Tiket Shinkansen

Semoga bermanfaat,
Hamamatsu, 14 Ramadhan 1436 H